Dalam eskalasi signifikan dari konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah, pasukan Israel telah mengambil alih sisi Gaza dari perlintasan perbatasan Rafah, sebuah titik kritis antara Gaza dan Mesir. Langkah ini terjadi di tengah intensifikasi operasi militer dan negosiasi gencatan senjata yang gagal dengan Hamas, kelompok militan Palestina yang memerintah Jalur Gaza. Serangan malam oleh militer Israel ke Rafah menandai momen penting dalam konflik ini, menandakan potensi pergeseran menuju serangan darat yang lebih luas.
Sebelum operasi dimulai, Israel memberikan peringatan kepada sekitar 110.000 warga di area tersebut untuk dievakuasi, diikuti oleh serangan udara yang menargetkan apa yang dijelaskan sebagai situs militer Hamas. Serangan darat ke Rafah dimulai setelah pembicaraan gencatan senjata, yang bertujuan untuk menghentikan pertempuran, mencapai kebuntuan. Menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF), operasi ini telah mengakibatkan eliminasi 20 pejuang Hamas, menegaskan sifat yang semakin intensif dari konflik ini.
Penangkapan perlintasan Rafah oleh pasukan Israel telah menimbulkan kekhawatiran internasional tentang implikasi kemanusiaan bagi Jalur Gaza, tempat tinggal sekitar 1,4 juta warga Palestina. Organisasi bantuan telah memperingatkan bahwa serangan penuh skala oleh Israel ke Rafah bisa memiliki konsekuensi bencana bagi populasi sipil, banyak di antaranya sudah terlantar dan tinggal dalam kondisi yang mengerikan. PBB telah menyoroti situasi kritis ini dengan menyatakan bahwa penutupan perlintasan Rafah 'mencekik' bantuan penting dan pas…
Baca lebih lajutJadilah yang pertama membalas diskusi umum ini.